Pages

Wednesday, 5 February 2014

: : Rukun Islam Pertama : :

Rukun Islam Pertama



Syahadah Lailaha illallah dan Muhammad Rasulullah

Kedua kalimat syahadah ini merupakan pintu gerbang Islam dan rukunnya yang sangat agung. Seseorang tidak mungkin disebut Muslim kecuali dengan mengucapkan dua kalimat tersebut, serta mengamalkan kandungannya. 

Dengan mengucapkan dua kalimat ini juga seorang yang kafir menjadi Muslim.

1. Makna Syahadah Lailaha illallah

Iaitu: Mengucapkannya dan mengetahui maknanya serta mengamalkan kandungannya secara lahir dan batin. Adapun mengucapkannya, tetapi tanpa mengetahui maknanya dan mengamalkan kandungannya, maka menurut ijmak para ulama hal itu tidak ada gunanya, bahkan itu hanya akan menjadi sia-sia baginya.

Dalam syahadah ini ada dua rukun, iaitu nafi dan itsbat. Nafi ertinya meniadakan ketuhanan dari selain Allah, sedangkan itsbat ertinya menetapkan ketuhanan hanya bagi Allah, tidak ada sekutu bagiNya.

Syahadah ini juga mengandung erti kafir kepada thaghut (iaitu: segala yang disembah selain Allah, dan ia rela, baik itu berupa manusia, batu, kayu, hawa nafsu dan syahwat) dan membenci serta berlepas diri daripadanya. Sesiapa yang mengucapkannya tapi tidak kafir kepada apa-apa yang disembah selain Allah, bererti dia belum mewujudkan kalimat syahadat ini.


Allah berfirman swt :

"Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam, sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Kerana itu Sesiapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang pada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui" (Al Baqarah: 256).

Makna Ilah iaitu tuhan yang berhak disembah. Sesiapa yang meyakini bahawa ilah adalah sang pencipta, pemberi rezeki, atau yang kuasa menciptakan (segala sesuatu), lalu menganggap beriman dengan hal tersebut cukup, tanpa mengesakan Allah dalam ibadah, maka syahadat lailaha illallah yang ia ucapkan di dunia tidaklah memasukkannya ke dalam Islam, dan tidak pula bisa membebaskannya dari seksa abadi di akhirat nanti.

Allah swt berfirman: 

"Katakanlah ! Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan? Maka mereka akan menjawab : Allah. Maka katakanlah ! Mengapa kamu tidak bertaqwa (kepadaNya)" (Yunus: 31).

Allah swt berfirman:

"Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran) 
(An Naml: 60).

Dan Allah swt berfirman:

"Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: Siapakah yang menciptakan mereka? Nescaya mereka akan menjawab: Allah, maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)" (Az Zukhruf: 87).

2. Syarat-syarat Kalimat Tauhid

1. Mengetahui maknanya – baik nafi ataupun itsbat – iaitu: menafikan ibadah kepada selain Allah, dan menetapkan (itsbat) ibadah hanya kepadaNya, tidak ada sekutu bagiNya. Dan tidak ada yang berhak untuk disembah selainNya.

2. Yakin, tidak ragu. Ertinya: Menuturkannya dengan penuh keyakinan, ketenteraman hati, serta meyakini kandungannya dengan keyakinan yang pasti.

3. Menerima, tidak menolak. Ertinya: Menerima semua apa yang dikandung kalimat tersebut dengan hati dan lidahnya, iaitu dengan membenarkan semua berita, mentaati semua perintah, menjauhi segala larangan dan tidak bersikap menolak dan mentakwil terhadap nas-nas.

4. Tunduk dan patuh, tidak ingkar. Ertinya: Tunduk kepada apa yang dikandung oleh kalimat tersebut secara lahir dan batin.

5. Membenarkan, tidak mendustakan. Ertinya: Diucapkan dengan benar dari hatinya. Apa yang dihatinya selaras dengan (apa yang diucapkan) lidahnya, dan lahirnya selaras dengan (keyakinan yang ada) di batinnya.

Maka Sesiapa yang mengucapkan kalimat syahadat dengan lidahnya, tapi hatinya mengingkari makna yang dikandungnya, maka tidak ada gunanya, sama halnya dengan orang-orang munafik yang berbeza apa yang diucapkan lidah mereka dengan apa yang ada dalam hati mereka.

6. Ikhlas; tidak syirik. Ertinya: Memurnikan amalan dari seluruh unsur syirik dengan niat yang benar.

Allah swt berfirman:



"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya" (Al Bayyinah: 5).

7. Cinta; tidak benci. Iaitu : mencintai kalimat tauhid ini, mencintai kandungannya dan mencintai orang-orang yang komitmen dengannya, serta membenci hal-hal yang berlawanan dengan itu. Tandanya : Mendahulukan apa-apa yang dicintai Allah, sekalipun bertentangan dengan hawa nafsunya, serta membenci apa yang dibenci Allah sekalipun hal itu disenangi nafsunya. Mencintai orang-orang yang mencintai Allah dan rasulNya, serta membenci mereka yang membenci Allah dan RasulNya.

Allah swt berfirman:

"Sesungguhnya sudah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia, ketika mereka berkata kepada kaum mereka: Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari kekafiranmu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja" (Al Mummtahanah : 4)

"Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah" (QS Al Baqarah : 165).

Sesiapa yang mengucapkan Lailaha illah dengan ikhlas dan penuh keyakinan, bebas dari syirik besar dan kecil, bid'ah-bid'ah dan segala maksiat, maka bererti dia orang yang mendapat hidayah di dunia dan di akhirat kelak akan selamat dari seksa neraka.

3. Makna syahadah Muhammadun Rasulullah.

a. Makna syahadah Muhammadun Rasulullah adalah mentaati perintahnya, membenarkan segala yang diberitakannya, menjauhi semua larangannya dan tidak melakukan suatu ibadah kecuali sesuai dengan apa yang telah disyariatkannya.

b. Merealisasikan syahadah Muhammadun Rasulullah. Syahadah Muhammadun Rasulullah akan terealisasi dengan keimanan dan keyakinan yang sempurna bahawa Muhammad shallallahu alaihi wasallam itu adalah hamba dan utusan Allah, Allah mengutusnya kepada seluruh Jin dan Manusia, beliau adalah penutup para nabi dan rasul, beliau juga adalah hamba yang dekat kepada Allah dan tidak memiliki sifat ketuhanan sedikitpun. Syahadah ini juga akan terealisasi dengan mengikutinya, melaksanakan perintahnya, menjauhi larangannya dan komitmen terhadap sunnahnya baik dalam bentuk ucapan, perbuatan mahupun keyakinan.

Allah swt berfirman:

Katakanlah (Wahai Muhammad): "Wahai sekalian manusia! Sesungguhnya aku adalah pesuruh Allah kepada kamu semuanya, (di utus oleh Allah) yang menguasai langit dan bumi, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia; yang menghidupkan dan mematikan. Oleh itu, berimanlah kamu kepada Allah dan rasulNya, nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kalimah-kalimahNya (kitab-kitabNya); dan ikutilah dia, supaya kamu beroleh hidayah petunjuk". (Al-A’raf : 158)

"Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada ummat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan." (Saba': 28).

"Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi." (Al Ahzab: 40).

“Atau (sehingga) engkau mempunyai sebuah rumah terhias dari emas; atau (sehingga) engkau naik ke langit; dan kami tidak sekali-kali akan percaya tentang kenaikanmu ke langit sebelum engkau turunkan kepada kami sebuah kitab yang dapat kami membacanya". Katakanlah (wahai Muhammad):"Maha suci Tuhanku! Bukankah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi rasul? (Al Israa: 93).

Merealisasikan Syahadah Muhammadun Rasulullah mencakup beberapa hal:

1. Mengakui risalahnya dan meyakininya dalam hati.

2. Mengucapkan dan mengakuinya secara terang-terangan dengan  lisan.

3. Mengikutinya iaitu dengan mengamalkan kebenaran yang dibawanya dan meninggalkan segala kebatilan yang dilarangnya.

Allah swt berfirman:

Katakanlah (Wahai Muhammad): "Wahai sekalian manusia! Sesungguhnya aku adalah pesuruh Allah kepada kamu semuanya, (di utus oleh Allah) yang menguasai langit dan bumi, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia; yang menghidupkan dan mematikan. Oleh itu, berimanlah kamu kepada Allah dan rasulNya, nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kalimah-kalimahNya (kitab-kitabNya); dan ikutilah dia, supaya kamu beroleh hidayah petunjuk". (Al-A’raf : 158)

4. Membenarkan semua yang diberitakannya.

5. Mencintainya lebih dari kecintaan kepada diri sendiri, harta, anak, ayah dan semua manusia, kerana beliau adalah Rasulullah dan mencintainya sama dengan mencintai Allah. Hakikat mencintai Rasulullah adalah mengikutinya dengan mentaati semua perintahnya, menjauhi segala larangannya, membelanya dan memberikan loyalitas kepadanya.

Allah swt berfirman:

“Katakanlah (Wahai Muhammad): "Jika benar kamu mengasihi Allah maka ikutilah aku, nescaya Allah mengasihi kamu serta mengampunkan dosa-dosa kamu. Dan (ingatlah), Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.” (Ali Imran: 31)

Hadis Rasulullah saw:

"Tidak sempurna iman salah seorang diantara kamu hingga aku lebih dicintainya daripada bapaknya, anaknya dan manusia seluruhnya." (Muttafaq Alaih).

6. Meyakini bahawa Sunnahnya merupakan sumber syariat Islam sebagaimana halnya Al Qur'an, maka ia tidak boleh dipertentangkan dengan akal.

7. Mengamalkan Sunnahnya, mendahulukan sabdanya daripada perkataan semua manusia, menerimanya secara penuh dan menjadikan syariatnya sebagai hakim serta reda dengannya.

4. Keutamaan Dua Kalimat Syahadah.

Kalimat Tauhid memiliki keutamaan yang agung, hal itu telah disebutkan dalam Al Quran dan Sunnah, di antaranya:

a. Ia merupakan Rukun Islam yang pertama, juga merupakan pondasi agama. Ia adalah hal pertama yang diimani seorang hamba ketika masuk Islam dan kerana kalimat ini langit dan bumi tegak.

b. Dengan merealisasikannya bererti seseorang telah mengesakan Allah dan menjadikan syariat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam sebagai sumber hukum.

c. Ia merupakan faktor terpeliharanya darah dan harta, Sesiapa mengucapkannya maka darah dan hartanya terpelihara.

d. Kalimat "Laa Ilaaha Illallah" adalah amalan yang paling afdal secara mutlak dan merupakan amalan paling agung dalam menghapus dosa. Kalimat ini memberatkan timbangan amal kebaikan pada hari Kiamat dan merupakan faktor penyebab masuknya seseorang ke dalam surga serta selamat dari neraka. Seandainya tujuh langit dan tujuh bumi diletakkan di daun timbangan dan kalimat "Laa Ilaaha Illallah" di daun timbangan yang lain niscaya kalimat Laa Illaaha Illallah lebih berat.

Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadis marfu' dari Ubadah radhiallahu anhu:

"Sesiapa bersaksi bahwa tiada tuhan yang hak disembah selain Allah dan Muammad itu adalah hamba dan utusanNya maka Allah tidak akan memasukannya ke dalam Neraka."

e. Dalam kalimat ini berpadu zikir, do'a dan pujian, ia mencakup do'a yang ditujukan untuk beribadah dan untuk memohon, ia juga merupakan zikir yang paling banyak dan paling mudah diamalkan. Kalimat ini dinamakan juga kalimat thayyibah (baik), urwatul wutsqa (tali buhul yang kuat) dan kalimatul ikhlash.

Dengan kalimat ini langit dan bumi tegak. Kerana untuk mewujudkan kalimat ini diciptakannya semua makhluk, diutusnya para rasul dan diturunkannya kitab-kitab. Disyariatkan untuk menyempurnakannya berbagai hal yang wajib dan sunat. Demi tegaknya kalimat ini dikumandangkan jihad. Sesiapa mengucapkan kalimat ini serta mengamalkannya dengan benar, ikhlas, menerima dan penuh cinta, maka Allah akan memasukkannya ke dalam syurga bagaimanapun amalannya.

Sumber: www.islamhouse.com

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...