Rukun Islam Pertama
Syahadah Lailaha illallah dan Muhammad Rasulullah
Kedua kalimat syahadah ini merupakan pintu gerbang Islam dan rukunnya yang
sangat agung. Seseorang tidak mungkin disebut Muslim kecuali dengan mengucapkan
dua kalimat tersebut, serta mengamalkan kandungannya.
Dengan mengucapkan dua
kalimat ini juga seorang yang kafir menjadi Muslim.
1. Makna Syahadah Lailaha illallah
Iaitu: Mengucapkannya dan mengetahui maknanya serta mengamalkan kandungannya
secara lahir dan batin. Adapun mengucapkannya, tetapi tanpa mengetahui maknanya
dan mengamalkan kandungannya, maka menurut ijmak para ulama hal itu tidak ada
gunanya, bahkan itu hanya akan menjadi sia-sia baginya.
Dalam syahadah ini ada dua rukun, iaitu nafi dan itsbat. Nafi ertinya
meniadakan ketuhanan dari selain Allah, sedangkan itsbat ertinya menetapkan
ketuhanan hanya bagi Allah, tidak ada sekutu bagiNya.
Syahadah ini juga mengandung erti kafir kepada thaghut (iaitu: segala yang
disembah selain Allah, dan ia rela, baik itu berupa manusia, batu, kayu, hawa
nafsu dan syahwat) dan membenci serta berlepas diri daripadanya. Sesiapa yang
mengucapkannya tapi tidak kafir kepada apa-apa yang disembah selain Allah, bererti
dia belum mewujudkan kalimat syahadat ini.
Allah berfirman swt :
"Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam, sesungguhnya telah
jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Kerana itu Sesiapa yang
ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah
berpegang pada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui" (Al Baqarah: 256).
Makna Ilah iaitu tuhan yang berhak disembah. Sesiapa yang meyakini bahawa ilah
adalah sang pencipta, pemberi rezeki, atau yang kuasa menciptakan (segala
sesuatu), lalu menganggap beriman dengan hal tersebut cukup, tanpa mengesakan Allah
dalam ibadah, maka syahadat lailaha illallah yang ia ucapkan di
dunia tidaklah memasukkannya ke dalam Islam, dan tidak pula bisa membebaskannya
dari seksa abadi di akhirat nanti.
Allah swt berfirman:
"Katakanlah ! Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan
bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan
siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati
dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan? Maka mereka akan
menjawab : Allah. Maka katakanlah ! Mengapa kamu tidak bertaqwa
(kepadaNya)" (Yunus: 31).
Allah swt berfirman:
"Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang
menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu
kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu
menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)?
Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran)
(An
Naml: 60).
Dan Allah swt berfirman:
"Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: Siapakah yang
menciptakan mereka? Nescaya mereka akan menjawab: Allah, maka bagaimanakah
mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)" (Az Zukhruf: 87).
2. Syarat-syarat Kalimat Tauhid
1. Mengetahui maknanya – baik nafi ataupun itsbat – iaitu: menafikan ibadah
kepada selain Allah, dan menetapkan (itsbat) ibadah hanya kepadaNya, tidak ada
sekutu bagiNya. Dan tidak ada yang berhak untuk disembah selainNya.
2. Yakin, tidak ragu. Ertinya: Menuturkannya dengan penuh keyakinan, ketenteraman
hati, serta meyakini kandungannya dengan keyakinan yang pasti.
3. Menerima, tidak menolak. Ertinya: Menerima semua apa yang dikandung
kalimat tersebut dengan hati dan lidahnya, iaitu dengan membenarkan semua
berita, mentaati semua perintah, menjauhi segala larangan dan tidak bersikap
menolak dan mentakwil terhadap nas-nas.
4. Tunduk dan patuh, tidak ingkar. Ertinya: Tunduk kepada apa yang
dikandung oleh kalimat tersebut secara lahir dan batin.
5. Membenarkan, tidak mendustakan. Ertinya: Diucapkan dengan benar dari
hatinya. Apa yang dihatinya selaras dengan (apa yang diucapkan) lidahnya, dan
lahirnya selaras dengan (keyakinan yang ada) di batinnya.
Maka Sesiapa yang mengucapkan kalimat syahadat dengan lidahnya, tapi
hatinya mengingkari makna yang dikandungnya, maka tidak ada gunanya, sama
halnya dengan orang-orang munafik yang berbeza apa yang diucapkan lidah mereka
dengan apa yang ada dalam hati mereka.
6. Ikhlas; tidak syirik. Ertinya: Memurnikan amalan dari seluruh unsur
syirik dengan niat yang benar.
Allah swt berfirman:
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepadaNya" (Al Bayyinah: 5).
7. Cinta; tidak benci. Iaitu : mencintai kalimat tauhid ini, mencintai
kandungannya dan mencintai orang-orang yang komitmen dengannya, serta membenci
hal-hal yang berlawanan dengan itu. Tandanya : Mendahulukan apa-apa yang
dicintai Allah, sekalipun bertentangan dengan hawa nafsunya, serta membenci apa
yang dibenci Allah sekalipun hal itu disenangi nafsunya. Mencintai orang-orang
yang mencintai Allah dan rasulNya, serta membenci mereka yang membenci Allah
dan RasulNya.
Allah swt berfirman:
"Sesungguhnya sudah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan
orang-orang yang bersama dengan dia, ketika mereka berkata kepada kaum mereka:
Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain
Allah, kami ingkari kekafiranmu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan
dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja"
(Al Mummtahanah : 4)
"Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah
tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka
mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada
Allah" (QS Al Baqarah : 165).
Sesiapa yang mengucapkan Lailaha illah dengan ikhlas dan penuh keyakinan,
bebas dari syirik besar dan kecil, bid'ah-bid'ah dan segala maksiat, maka bererti
dia orang yang mendapat hidayah di dunia dan di akhirat kelak akan selamat dari
seksa neraka.
3. Makna syahadah Muhammadun Rasulullah.
a. Makna syahadah Muhammadun Rasulullah adalah mentaati perintahnya,
membenarkan segala yang diberitakannya, menjauhi semua larangannya dan tidak
melakukan suatu ibadah kecuali sesuai dengan apa yang telah disyariatkannya.
b. Merealisasikan syahadah Muhammadun Rasulullah. Syahadah Muhammadun
Rasulullah akan terealisasi dengan keimanan dan keyakinan yang sempurna bahawa
Muhammad shallallahu alaihi wasallam itu adalah hamba dan utusan Allah, Allah
mengutusnya kepada seluruh Jin dan Manusia, beliau adalah penutup para nabi dan
rasul, beliau juga adalah hamba yang dekat kepada Allah dan tidak memiliki
sifat ketuhanan sedikitpun. Syahadah ini juga akan terealisasi dengan mengikutinya,
melaksanakan perintahnya, menjauhi larangannya dan komitmen terhadap sunnahnya
baik dalam bentuk ucapan, perbuatan mahupun keyakinan.
Allah swt berfirman:
Katakanlah (Wahai Muhammad): "Wahai sekalian
manusia! Sesungguhnya aku adalah pesuruh Allah kepada kamu semuanya, (di utus
oleh Allah) yang menguasai langit dan bumi, tiada Tuhan (yang berhak disembah)
melainkan Dia; yang menghidupkan dan mematikan. Oleh itu, berimanlah kamu
kepada Allah dan rasulNya, nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan
kalimah-kalimahNya (kitab-kitabNya); dan ikutilah dia, supaya kamu beroleh
hidayah petunjuk". (Al-A’raf : 158)
"Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada
ummat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi
peringatan." (Saba': 28).
"Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di
antara kamu, tapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi." (Al Ahzab:
40).
“Atau (sehingga) engkau mempunyai sebuah rumah
terhias dari emas; atau (sehingga) engkau naik ke langit; dan kami tidak
sekali-kali akan percaya tentang kenaikanmu ke langit sebelum engkau turunkan
kepada kami sebuah kitab yang dapat kami membacanya". Katakanlah (wahai Muhammad):"Maha
suci Tuhanku! Bukankah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi rasul? (Al Israa: 93).
Merealisasikan Syahadah Muhammadun Rasulullah mencakup
beberapa hal:
1. Mengakui risalahnya dan meyakininya dalam hati.
2. Mengucapkan dan mengakuinya secara terang-terangan
dengan lisan.
3. Mengikutinya iaitu dengan mengamalkan kebenaran yang
dibawanya dan meninggalkan segala kebatilan yang dilarangnya.
Allah swt berfirman:
Katakanlah (Wahai Muhammad): "Wahai sekalian
manusia! Sesungguhnya aku adalah pesuruh Allah kepada kamu semuanya, (di utus
oleh Allah) yang menguasai langit dan bumi, tiada Tuhan (yang berhak disembah)
melainkan Dia; yang menghidupkan dan mematikan. Oleh itu, berimanlah kamu
kepada Allah dan rasulNya, nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan
kalimah-kalimahNya (kitab-kitabNya); dan ikutilah dia, supaya kamu beroleh
hidayah petunjuk". (Al-A’raf : 158)
4. Membenarkan semua yang diberitakannya.
5. Mencintainya lebih dari kecintaan kepada diri sendiri,
harta, anak, ayah dan semua manusia, kerana beliau adalah Rasulullah dan
mencintainya sama dengan mencintai Allah. Hakikat mencintai Rasulullah adalah
mengikutinya dengan mentaati semua perintahnya, menjauhi segala larangannya,
membelanya dan memberikan loyalitas kepadanya.
Allah swt berfirman:
“Katakanlah (Wahai Muhammad): "Jika
benar kamu mengasihi Allah maka ikutilah aku, nescaya Allah mengasihi kamu serta
mengampunkan dosa-dosa kamu. Dan (ingatlah), Allah Maha Pengampun, lagi Maha
Mengasihani.” (Ali Imran: 31)
Hadis Rasulullah saw:
"Tidak sempurna iman salah seorang diantara kamu hingga aku lebih dicintainya
daripada bapaknya, anaknya dan manusia seluruhnya." (Muttafaq Alaih).
6. Meyakini bahawa Sunnahnya merupakan sumber syariat Islam sebagaimana
halnya Al Qur'an, maka ia tidak boleh dipertentangkan dengan akal.
7. Mengamalkan Sunnahnya, mendahulukan sabdanya daripada perkataan semua
manusia, menerimanya secara penuh dan menjadikan syariatnya sebagai hakim serta
reda dengannya.
4. Keutamaan Dua Kalimat Syahadah.
Kalimat Tauhid memiliki keutamaan yang agung, hal itu telah disebutkan
dalam Al Quran dan Sunnah, di antaranya:
a. Ia merupakan Rukun Islam yang pertama, juga merupakan pondasi agama. Ia
adalah hal pertama yang diimani seorang hamba ketika masuk Islam dan kerana
kalimat ini langit dan bumi tegak.
b. Dengan merealisasikannya bererti seseorang telah mengesakan Allah dan
menjadikan syariat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam sebagai sumber
hukum.
c. Ia merupakan faktor terpeliharanya darah dan harta, Sesiapa mengucapkannya
maka darah dan hartanya terpelihara.
d. Kalimat "Laa Ilaaha Illallah" adalah amalan yang paling afdal secara
mutlak dan merupakan amalan paling agung dalam menghapus dosa. Kalimat ini
memberatkan timbangan amal kebaikan pada hari Kiamat dan merupakan faktor
penyebab masuknya seseorang ke dalam surga serta selamat dari neraka. Seandainya
tujuh langit dan tujuh bumi diletakkan di daun timbangan dan kalimat "Laa
Ilaaha Illallah" di daun timbangan yang lain niscaya kalimat Laa Illaaha
Illallah lebih berat.
Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadis marfu' dari Ubadah radhiallahu anhu:
"Sesiapa bersaksi bahwa tiada tuhan yang hak disembah selain Allah dan
Muammad itu adalah hamba dan utusanNya maka Allah tidak akan memasukannya ke
dalam Neraka."
e. Dalam kalimat ini berpadu zikir, do'a dan pujian, ia mencakup do'a yang
ditujukan untuk beribadah dan untuk memohon, ia juga merupakan zikir yang
paling banyak dan paling mudah diamalkan. Kalimat ini dinamakan juga kalimat
thayyibah (baik), urwatul wutsqa (tali buhul yang kuat) dan kalimatul ikhlash.
Dengan kalimat ini langit dan bumi tegak. Kerana untuk mewujudkan kalimat
ini diciptakannya semua makhluk, diutusnya para rasul dan diturunkannya
kitab-kitab. Disyariatkan untuk menyempurnakannya berbagai hal yang wajib dan sunat.
Demi tegaknya kalimat ini dikumandangkan jihad. Sesiapa mengucapkan kalimat ini
serta mengamalkannya dengan benar, ikhlas, menerima dan penuh cinta, maka Allah
akan memasukkannya ke dalam syurga bagaimanapun amalannya.
Sumber: www.islamhouse.com
No comments:
Post a Comment