oleh: Muhammad Ahmad
al-‘Amari
Tatkala Allah Tabaraka wa ta'ala telah selesai menghitung amalan hamba,
begitu pula masing-masing telah menerima hasilnya.
Maka manusia berbondong-bondong menuju Sirat untuk meniti diatasnya menuju syurga,
dan di antara mereka ada yang sebelumnya telah pergi dulu ke neraka baru masuk
ke syurga.
Pada saat itu, tidak ada jalan untuk boleh mencapai syurga melainkan harus
melewati jambatan yang dibentangkan diatas gelegak panasnya api neraka, agar
semua orang, baik kafir mahupun Muslim meniti di atasnya.
Dan tidak ada seorang pun di antara mereka, melainkan pasti mendatangi hal itu,
Allah Ta'ala menegaskan akan hal itu dalam firmanNya:
"Dan tidak ada seorang pun dari padamu, melainkan
mendatangi neraka itu. hal itu bagi Rabbmu adalah suatu kemestian yang sudah
ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan
membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut".(QS Maryam: 71-72).
Singkat perjalanan Anak Adam pada saat itu, yaitu melalui beberapa kejadian
diantaranya:
1. Di tengah
jalan menuju Sirat, mereka melewati telaganya Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam
lalu meminum airnya.
Hal itu sebagaimana
yang dijelaskan dalam sebuah hadits, dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu,
beliua berkata: 'Rasulallahu Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Umatku datang ke telaga, dan aku memberi mereka
satu persatu minum dari airnya, sebagaimana seseorang memberi minum untanya.
Mereka bertanya padaku; 'Wahai Nabi Allah, apakah engkau pada waktu itu
mengenali kami? Ia, jawabku. Kalian mempunyai tanda yang tidak dimiliki oleh
umat lain, aku mengenali kalian, karena kalian datang dalam keadaan bercahaya
bekas air wudhu'.
Lalu aku lihat ada sekelompok orang yang diusir dari
telagaku, maka aku katakan; 'Ya Allah, mereka para sahabatku'. Malaikat berkata
padaku; 'Engkau tidak tahu apa yang mereka ada-adakan setelah kamu
meninggal".[1]
Dalam hadits yang lain
di katakan, dari Abu Hurairah, bahwasannya Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:
"Sesungguhnya telagaku, lebarnya sepanjang Ailah
sampai ke 'Adn. Airnya lebih putih dari salju, rasanya lebih manis dari madu
dan susu, (adapun) bejananya lebih banyak dari bintang-bintang di langit. Dan
aku memberi minum manusia sebagaimana seseorang memberi minum untanya dari
telaganya.
Para Sahabat bertanya; 'Wahai Rasulallah, Apakah pada
saat itu engkau mengenali kami? Beliau bersabda: 'Ia, kalian pada waktu itu
mempunyai tanda yang tidak dimiliki oleh umat yang lain, kalian mendatangiku
dalam keadaan bercahaya, bekas air wuduk".[2]
2. Dan Nabi
Shalallahu 'alaihi wa sallam mendahului umatnya, menuju telaga tatkala usai
penghisaban, untuk boleh menyambut mereka di sana.
Hal itu, sebagaimana
dijelaskan dalam sebuah riwayat dari Sahl bin Sa'ad radhiyallahu 'anhu, ia
berkata: 'Bahwa Nabi Shalallahu 'alahi wa sallam pernah bersabda:
"Sesungguhnya aku nanti akan mendahului kalian
menuju telaga, maka barangsiapa yang melewati telagaku maka ia minum darinya,
dan siapa yang minum darinya maka ia tidak akan merasa haus selama-lamanya.
Sungguh akan datang sekelompok kaum kepadaku, yang aku mengetahui mereka
sedangkan merekapun mengenaliku, akan tetapi ada yang menghalangiku dan
mereka".[3]
Dalam riwayat lain, yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dari Abdullah radhiyallahu
'anhu, bahwa Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Aku akan mendahului kalian menuju telaga. Sungguh
akan datang sekelompok orang diantara kalian, sampai kiranya aku telah
bersiap-siap untuk menyambutnya, namun mereka diusir (keluar dari telagaku).
Maka aku katakan; 'Ya Allah, sahabatku'. Allah berfirman: 'Kamu tidak
mengetahui apa yang mereka lakukan setelahmu".[4]
3. Apa yang
dilakukan sewaktu sampai di jambatan Ash-Sirat
Selanjutnya, ketika mereka telah sampai di jambatan, maka Allah membagi
cahaya bagi masing-masing orang, untuk menerangi jalan yang akan dilewatinya.
Hal itu, seperti yang dijelaskan oleh Allah Subhanahu wa ta'ala di dalam
firmanNya:
"(Yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang mukmin
laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di
sebelah kanan mereka, (Dikatakan kepada meraka): "Pada hari ini ada berita
gembira untukmu, (yaitu) syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, yang kamu
kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar".
Pada hari ketika
orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang
beriman: "Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebahagian dari
cahayamu". Dikatakan (kepada mereka): "Kembalilah kamu ke belakang
dan carilah sendiri cahaya (untukmu)". Lalu diadakan di antara mereka
dinding yang mempunyai pintu.
Di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah
luarnya dari situ ada seksa. Orang-orang munafik itu memanggil mereka
(orang-orang mukmin) seraya berkata: "Bukankah kami dahulu bersama-sama
dengan kamu?" mereka menjawab: "Benar, tetapi kamu mencelakakan
dirimu sendiri dan menunggu (kehancuran Kami) dan kamu ragu- ragu serta ditipu
oleh angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah, dan kamu telah
ditipu terhadap Allah oleh (syaitan) yang amat penipu". (QS al-Hadiid: 12-14).
Dalam sebuah hadits, hal itu juga diterangkan lebih terang lagi.
Sebagaimana riwayat yang dikeluarkan oleh ath-Thabarani dan Hakim, dari Sahabat
Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu, bahwasannya Nabi Shalallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:
"Lalu selanjutnya, mereka diberi cahaya selaras
dengan amal soleh yang pernah dikerjakannya. Di antara mereka, ada yang diberi
cahaya tak ubahnya seperti gunung besar, yang berada didepannya. Di antaranya
juga ada yang diberi cahaya, namun lebih kecil dari yang pertama.
Di antara
mereka ada yang dikasih cahaya seperti pohon kurma di sebelah kanannya, ada
pula yang dikasih lebih kecil dari pohon kurma. Sampai kiranya ada seseorang
yang dikasih cahaya sebesar jari jempol kaki, yang terkadang terang dan redup,
tatkala terang ia berjalan dan bila redup ia pun berdiri menunggu.
Sedangkan
Allah Azza wa jalla berada didepan mereka, melewati neraka sehingga menyisakan
jejaknya, tajam bagaikan mata pedang dan sangat licin. Setelah itu Allah
berkata; 'Lewatlah kalian'. Maka mereka semua melintasi sambil menggunakan
cahayanya masing-masing.
Sehingga ada diantara mereka, yang melintasinya cepat
bagaikan kedipan mata, ada yang secepat halilintar, ada pula yang bagaikan
awan, ada lagi yang seperti meteor, diantara mereka juga ada yang melintasi
seperti angin, ada pula yang cepat bagaikan kuda, ada yang seperti larinya orang.
Sampai ketika tiba gilirannya orang yang dikasih cahaya sejempol tadi melintasi
Sirat maka ia merangkak dengan wajah dan tangannya menyeret kakinya, dan
terjuntai, sehingga kiri kanannya terbakar api.
Demikian seterusnya, hingga sampai ditepian, maka tatkala
sampai ditepian ia berdiri membalikkan badan sambil berkata; 'Segala puji bagi
Allah, yang telah menganugerahi hambaNya, yang tidak pernah diberikan kepada
seorangpun, ketika menyelamatkan diriku darinya".[5]
4. Setelah
pembagian cahaya selesai, baru mereka diizinkan untuk meniti jambatan tersebut.
Senada dengan itu
adalah haditsnya Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwasannya Rasulallah Shalallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
"Sirat dibentangkan dipunggung neraka Jahanam, maka
aku dan umatku adalah orang pertama yang dibolehkan untuk menitinya. Tidak ada
sepatah katapun yang keluar dari mereka melainkan para Rasul, sedangkan do'anya
para Rasul pada saat itu adalah; Ya Allah, selamatkan, selamatkan'.
Sedangkan
dari dalam Jahanam api menyambar-yambar seperti duri Sa'dan, yang merenggut
manusia sesuai dengan amalannya, maka di antara mereka ada tegar dengan
amalannya dan ada pula yang lolos".[6]
5. Diantara
kaum muslimin yang melewati Sirat terbagi menjadi tiga, ada yang mulus,
selamat, dan ada yang selamat namun gosong oleh api neraka.
Seperti yang dijelaskan dalam haditsnya Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu,
bahwa Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Kemudian titian dibentangkan diatas neraka Jahanam,
lalu orang-orang beriman melewatinya, maka ada yang selamat tanpa cacat, namun
ada yang terkoyak-koyak oleh api neraka, dan ada pula yang jatuh kedalam neraka
Jahanam".[7]
Seorang penyair Arab mengatakan:
Dibentangkan titian di atas neraka Jahanam
Maka ada yang terpeleset jatuh, terkoyak api dan selamat tanpa cacat
Golongan pertama: Yaitu orang yang selamat tanpa cacat. Mereka adalah
orang-orang yang tidak tersambar api neraka, tidak pula terkena lidah api
dikarenakan amalnya yang cepat.
Dijelaskan dari Abu Hurairah dan Hudzaifah
radhiyallahu 'anhuma, bahwa Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Kelak pada hari kiamat, Allah akan mengumpulkan
manusia dan mengutus amanah dan rahim yang akan berdiri disisi kiri dan kanan Sirat.
Lalu melewati orang pertama dari kalian yang bagaikan buraq kemudian seperti
angin, lalu bagaikan hujan dan mereka melesat sesuai dengan amalannya.
Sedangkan Nabi kalian berdiri disamping Sirat sambil berdo'a; Ya Allah,
selamatkan dirinya'. Sampai akhirnya amalan hamba tidak sanggup lagi
membantunya. Kemudian didatangkan seseorang yang tidak mampu melewati melainkan
sambil merangkak.
Beliau melanjutkan; 'Sedangkan di sisi kiri kanan Sirat
ada lidah-lidah api yang tergantung yang siap diperintah untuk menyambar. Maka
ada yang terkoyak-koyak namun selamat dan ada pula yang terjerumus kedalam
neraka".[8]
Golongan kedua: Selamat namun terkoyak api, mereka adalah orang-orang yang tersambar api
neraka dan terkoyak oleh lidah api dikarenakan lambatnya dia beramal ketika
didunia.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwasannya Rasulallah Shalallahu
'alaihi wa sallam bersabda;
"Barangsiapa yang lambat amalannya maka nasabnya
tidak boleh membantu dirinya".[9]
Dan sebagaimana telah di jelaskan oleh hadits terdahulu yang mengatakan: 'Kemudian
didatangkan seseorang yang tidak mampu melewati melainkan sambil merangkak.
Sedangkan di sisi kiri kanan Sirat ada lidah-lidah api yang tergantung, yang
siap diperintah untuk menyambar. Maka ada yang terkoyak-koyak namun
selamat".[10]
Dalam hadits lain dari Ibnu
Mas'ud radhiyallahu 'anhu, bahwasannya Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
"Orang terakhir yang masuk syurga adalah seseorang
yang terkadang boleh berjalan dan terkadang tergelincir, sehingga api terkadang
menghanguskannya.
Maka ketika dirinya mampu melintasinya, ia berpaling
kebelakang seraya mengatakan; 'Semoga orang yang telah menyelamatkanku darimu
diberkahi, sungguh Allah telah memberiku sesuatu yang tidak pernah diberikan
kepada seorangpun dari kalangan pertama maupun yang paling akhir".[11]
Golongan ketiga: Orang yang terjerumus ke dalam neraka, mereka adalah orang-orang yang
tidak mempunyai amalan yang dapat membantu dirinya, sehingga mereka tergelincir
masuk kedalam neraka. Hal tersebut, sebagaimana yang diterangkan dalam hadits
terdahulu, di mana Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda;
'Sedangkan di sisi kiri dan kanan Sirat ada lidah-lidah
api yang tergantung, yang siap diperintah untuk menyambar. Maka ada yang
terkoyak-koyak namun selamat tapi ada pula yang terperosok masuk ke dalam
neraka".[12]
6. Manakala
Sirat telah mereka lewati, kemudian Allah membiarkan mereka berkumpul pada
suatu tempat, yang berada di antara syurga dan neraka, yang bernama Qontharah,
menunggu izin masuk syurga.
Diriwayatkan dari Abu Sa'id al-Khudri radhiyallahu 'anhu, yang menjelaskan
akan hal terebut, bahwa Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Ketika orang-orang beriman telah mampu melewati
neraka, mereka tertahan di Qinthoroh, sebuah tempat antara syurga dan neraka.
Mereka lalu diadili, akibat kezaliman yang pernah mereka lakukan ketika di
dunia, sampai bersih dan suci, baru setelah itu mereka diizinkan masuk syurga.
Maka demi Dzat yang jiwa Muhammad berada ditanganNya, sungguh salah seorang di
antara kalian lebih faham dengan rumahnya yang ada di syurga dari pada rumahnya
sendiri ketika di dunia".[13]
7. Namun
ketika mereka telah mendapat izin masuk, mereka mendapati pintunya tertutup,
lalu merekapun sibuk meminta kepada para Nabi syafa'at agar memohon kepada
Allah agar dibuka pintu syurga.
Hal itu sebagaimana yang dikisahkan dalam sebuah hadits, dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu, beliau berkata; 'Rasulallahu Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Kelak Allah akan mengumpulkan manusia, maka
orang-orang beriman berdiri menunggu sehingga mereka berkumpul didekat syurga.
Akhirnya mereka mendatangi Adam sembari mengatakan; 'Wahai bapak kami, mintakan
kepada Allah agar pintu syurga dibuka untuk kami'. Beliau menjawab; 'Tidaklah
kalian dikeluarkan dari syurga melainkan kesalahan bapakmu Adam, aku tidak
pantas untuk itu, pergilah kalian kepada anakku Ibrahim, kekasih Allah 'alihi
sallam'.
Rasulullah meneruskan; 'Maka Ibrahim mengatakan; 'Aku
tidak pantas untuk itu, namun datanglah kepada Musa yang telah Allah ajak
bicara langsung'. Lalu mereka mendatangi Musa, dan beliau mengatakan; 'Aku
tidak layak untuk itu, tapi pergilah kalian kepada Isa, ia adalah kalimat dan
ruhNya. Namun Isa juga mengatakan Aku tidak layak untuk itu, namun datanglah
kalian kepada Muhammad, maka aku pun berdiri dan diizinkan untuk itu".[14]
8. Pintu
syurga pun dibuka, mereka terpukau melihat keindahannya.
Seperti yang dikisahkan dalam haditsnya Abu Sa'id al-Khudri yang terdahulu,
bahwa Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
'Sampai ketika mereka telah bersih dan suci, lalu mereka
diizinkan untuk masuk syurga. Maka demi Dzat yang jiwa Muhammad berada
ditanganNya, sungguh salah seorang diantara kalian lebih paham dengan rumahnya
yang ada disyurga dari pada rumahnya sendiri ketika didunia".[15]
9. Setelah
memasuki syurga, terdengar suara panggilan, mengabarkan pada mereka akan
kehidupan yang tiada kematian setelahnya, sehat tanpa dihampiri penyakit,
senantiasa muda tidak pernah tua, bergelimang dengan kenikmatan.
Hal itu tergambar jelas dalam firman Allah Azza wa jalla, seperti diantaranya:
"Mereka tidak akan merasakan mati di dalamnya
kecuali mati di dunia. Dan Allah memelihara mereka dari azab neraka". (QS adh-Dukhaan: 56).
Dan firman Allah Ta'ala yang lainnya:
"Maka apakah kita tidak akan mati?. Melainkan hanya
kematian kita yang pertama saja (di dunia), dan kita tidak akan disiksa (di
akhirat ini)?. Sesungguhnya ini benar-benar kemenangan yang besar.
(QS ash-Shaaffat: 58-60).
Dalam hadits disebutkan, dari Abu Sa'id al-Khudri dan Abu Hurairah radhiyallahu
'anhuma, bahwa Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"(Dan) terdengarlah seruan, kalian akan sehat tanpa
sakit selama-lamanya, kalian akan hidup terus tanpa meninggal, kalian akan
senantiasa muda tidak pernah tua, akan selalu mendapat nikmat tidak berputus
asa selama-lamanya. Itulah firman Allah Ta'ala:
"Dan diserukan kepada mereka: "ltulah syurga
yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan." (QS al-A'raaf: 43).[16]
Sumber: www.islamhouse.com
[1]
. HR Muslim no: 365. Dalam Bab: Istihbab Ithalatil Ghurah wat
Tahjiil fiil Wudhu.
[2]
. HR Muslim no: 364. Dalam Bab: Istihbab Ithalatil Ghurah wat
Tahjiil fiil Wudhu.
[3]
. HR Bukhari no: 6097. Dalam Bab: Man Ra'a anna Shahibal Haudh
wal Qirbah Ahaqu bii Maaihi.
[4]
. HR Bukhari no: 6527. Dalam Bab: Man Ra'a anna Shahibal Haudh
wal Qirbah Ahaqu bii Maaihi.
[5]
. HR ath-Thabarani dalam Mu'jam Kabir 8/306. al-Hakim dalam
Mustadrak no: 8903, 20/164.
[6]
. HR Bukhari no: 6885. Dalam Bab: ash-Sirat Jasru Jahanam.
[7]
. HR Muslim no: 472. Dalam Bab: Ma'rifatu thariqir Ru'yah.
[8]
. HR Muslim no: 288, Dalam Bab: Adna Ahlil Janah Manzilatan
Fiiha.
[9]
. HR Muslim no: 7028. Dalam Bab: Fadhlu Ijtima' ala Tilawatil
Qur'an wa Dzikr.
[10]
. HR Muslim no: 288, Dalam Bab: Adna Ahlil Janah Manzilatan
Fiiha.
[11]
. HR Muslim no: 481. Dalam Bab: Akhiru Ahli Naar Khurujan.
[12]
. HR Muslim no: 288, Dalam Bab: Adna Ahlil Janah Manzilatan
Fiiha.
[13]
. HR Bukhari no: 2260. Dalam Bab: Qishashil Madhaalim.
[14]
. HR Muslim no: 288. Dalam Bab: Adna Ahlil Janah Manzilatan
Fiiha.
[15]
. HR Bukhari no: 2260. Dalam Bab: Qishashil Madhaalim.
[16]
. HR Muslim no: 7336. Dalam Bab: Fii Dawaami Ahlil Janah.
No comments:
Post a Comment