Nikah Mut’ah[1]
Syeikh Syiah, iaitu Mohammed al-Aradi telah
menyampaikan ceramah satu jam berkenaan kebaikan dan manfaat nikah Mut’ah,
kesenangan persetubuhan tanpa perkahwinan, dan semua ganjaran yang wanita Syiah
peroleh dari nikah Mut’ah. Namun, pada akhir ceramah tersebut, imam al-Aradi dihadapkan
dengan satu pertanyaan yang sangat memalukan dari salah seorang muridnya.
Berikut merupakan isi kandungan ceramahnya
(kata dusta) berkaitan nikah Mut’ah:
1. Mut’ah mempunyai pahala yang besar dari
Allah swt.
2. Dengan setiap kata yang ia ucapkan kepada
wanita yang ia nikahi secara Mut’ah, Allah menulis pahala untuk lelaki itu.
3. Dan apabila ia menyentuhnya, ini adalah
kebaikan yang lain.
4. Dan jika mereka bersetubuh, Allah akan
menghapus dosa-dosanya.
5. Jika mereka mandi bersama, Allah akan
mengampuni dosa-dosa mereka sebanyak air yang akan mereka gunakan untuk mandi.
6. Allah swt berkata: “Aku telah mengampuni
wanita umat anda yang menikmati persetubuhan Mut’ah”.
7. Imam kami berkata: “Lakukan Mut’ah, dan
Allah akan berdoa kepada pasangan ini”.
8. Setiap orang yang menikmati Mut’ah
kemudian mandi dengan wanita itu, Allah akan menyediakan bagi mereka tujuh
puluh ribu malaikat dari setiap tetes yang jatuh dari air kotor mereka, dan
juga berdoa ampunan bagi mereka hingga hari kiamat.
9. Mereka tujuh puluh ribu malaikat yang
diciptakan Allah dari setiap tetes air juga akan mengutuk mereka yang tidak
menikmati nikah Mut’ah.
Selanjutnya, pada akhir ceramah tersebut,
pada sesi soal jawab, syeikh Syiah tersebut dihadapkan pertanyaan:
“Apakah anda dan
imam-imam Syiah setuju untuk memberikan anak-anak perempuan untuk dinikahi Mut’ah?
(Jika Mut’ah mempunyai ganjaran yang begitu banyak, mengapa melarang anak-anak
perempuan sendiri melakukannya) ”
Syeikh Syiah itu kemudian menjawab:
“Ini seperti
mengizinkan seorang asing datang dan meminta saya untuk memberi anak perempuan
saya, dia akan menikah dalam satu jam, mengotori kesuciannya kemudian membuang
dia, apakah anda fikir seseorang akan bersetuju”
Sumber: 1.
YouTube
2.
www.islam2u.net
[1] Nikah Mut’ah
Nikah Mut’ah ialah perkahwinan antara
seorang lelaki dan wanita dengan mas kahwin tertentu untuk jangka waktu
terbatas yang berakhir dengan habisnya masa tersebut, di mana suami tidak
berkewajipan memberikan nafkah, dan tempat tinggal kepada isteri, serta tidak
menimbulkan atau mewujudkan pewarisan antara keduanya.
Ada 6 perbezaan prinsip antara nikah Mut’ah
dan nikah sunnah (syarie):
1. Nikah Mut’ah dibatasi oleh waktu, nikah sunnah
tidak dibatasi oleh waktu.
2. Nikah Mut’ah berakhir dengan habisnya
waktu yang ditentukan dalam akad atau fasakh, sedangkan nikah sunnah berakhir
dengan talaq atau meninggal dunia.
3. Nikah Mut’ah tidak berakibat saling
mewarisi antara suami isteri, nikah sunnah menimbulkan pewarisan antara
keduanya.
4. Nikah Mut’ah tidak membatasi jumlah isteri,
nikah sunnah dibatasi dengan jumlah isteri hingga maksimal 4 orang.
5. Nikah Mut’ah dapat dilaksanakan tanpa
wali dan saksi, nikah sunnah harus dilaksanakan dengan wali dan saksi.
6. Nikah Mut’ah tidak mewajibkan suami
memberikan nafkah kepada isteri, nikah sunnah mewajibkan suami memberikan
nafkah kepada isteri.
Dalil Haramnya Nikah Mut’ah
“Dari Ali bin Abi Thalib ra. ia berkata
kepada Ibnu Abbas ra bahawa Nabi Muhammad saw melarang nikah Mut’ah dan memakan
daging keldai jinak pada waktu perang Khaibar” [Fathul Bari IX/71].
“Wahai, sekalian manusia. Sebelumnya aku
telah mengizinkan kalian melakukan Mut’ah dengan wanita. Sesungguhnya
Allah subhanahu wa ta’ala telah mengharamkannya hingga hari kiamat. Barang
siapa yang mempunyai sesuatu pada mereka, maka biarkanlah! Jangan ambil sedikit
pun dari apa yang telah diberikan”. [HR. Muslim]
No comments:
Post a Comment