Pages

Thursday, 6 December 2012

: : Pengalaman Penafsir: "No, Thank You" : :

Pengalaman Penafsir: "No, Thank You"
Oleh: Prof. Dr Hamka


Kitab suci Al-Quran ada menyebut di dalam Surah Al-Ankabut, surah ke 29 ayat ke 45 yang bermaksud:

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepada engkau daripada al-Kitab (al-Quran) dan dirikanlah sembahyang; sesungguhnya sembahyang itu mencegah dari yang keji dan yang mungkar. Dan sesungguhnya ingat akan Allah itu adalah lebih besar. Dan Allah Mengetahui apa pun yang kamu perbuat” [Al-Quran 29:45]

Menurut sebuah Hadis yang dirawikan oleh al-Imam Ahmad bahwa seseorang sahabat Nabi pernah mengadukan kepada beliau bahwa ada seorang laki-laki, dia sembahyang pada malam hari, tetapi setelah hari pagi dia pergi mencuri. Lalu Nabi berkata bahwa bila orang itu telah betul-betul sembahyang, maka sembahyangnya itulah kelak yang akan mencegahnya dari mencuri.

Pengalaman penafsir; Dalam perlawatan ke Amerika sekitar tahun 1952 jadi tetamu terhormat dari Pemerintah Amerika. Dalam mengelilingi negeri itu, sampailah penulis ke negeri Denver dengan keretapi pada sekitar pukul 9 malam. Kami langsung bermalam pada sebuah hotel. Setelah istirahat sehabis
sembahyang, dengan senyum simpul penuh hormat pelayan hotel itu mengetuk pintu dan menawarkan kalau-kalau penulis suka ditemani tidur oleh seorang perempuan muda.

Usia penulis ketika itu baru 44 tahun. Anak dan isteri jauh dari mata. Murid-murid dan orang-orang yang mengasihi atau simpati tidak ada yang tahu, sedang daya tarik sex sebagai seorang laki-laki sihat tentu tergetar karena tawaran itu, apatah lagi perjalanan ke Amerika ketika itu sudah hampir dua bulan lamanya.

Tetapi apa yang terbayang di waktu itu?

Saya baru habis sembahyang jama’ qashar di antara Maghrib dengan Isya’ dan bersiap hendak tidur berlepas lelah; bekas wudhu’ masih ada di wajahku! Yang teringat di waktu senyum simpul tersungging di bibir pemuda pelayan hotel itu ialah…sembahyang! Kalau aku telah tidur pada malam ini dengan perempuan lain, meskipun isteriku tidak melihat dan tidak tahu, bagaimana besok pagi saya akan sembahyang Subuh? Padahal dalam doa iftitah saya menyebut:

“Sesungguhnya sembahyangku dan sekalian ibadatku, bahkan hidupku dan matiku, semuanya adalah untuk Allah, Rabbul ‘Alamin. Tidak ada sekutu bagiNya dan inilah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah salah seorang yang telah menyerahkan diri kepada Tuhan.”

Bagaimana aku mesti mengucapkan bacaan itu pagi-pagi? Tentu aku akan malu mengucapkannya. Tentu pagi-pagi itu aku pun akan malu mengerjakan sembahyang. Dan tentu kesilapanku semalam itu akan menyebabkan aku akan terus-menerus silap; akan malu meneruskan sembahyang karena telah berdosa!

“No, thank you.” Ujarku kepada pelayan itu dan aku tutuplah pintu kamarku. Dan aku pun tidur.

Setelah aku bangun pagi sembahyang Subuh, aku rasakan bahwa sembahyangku sepagi itu adalah lebih khusyu’ dari biasa, hal yang jarang aku rasakan pada sembahyang yang lain.

Sumber: Tafsir Al-Azhar, Juz 21

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...