Pengalaman Penafsir: "No, Thank
You"
Oleh: Prof. Dr Hamka
Kitab suci Al-Quran ada menyebut di dalam
Surah Al-Ankabut, surah ke 29 ayat ke 45 yang bermaksud:
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepada engkau daripada al-Kitab
(al-Quran) dan dirikanlah sembahyang; sesungguhnya sembahyang itu mencegah dari
yang keji dan yang mungkar. Dan sesungguhnya ingat akan Allah itu adalah lebih
besar. Dan Allah Mengetahui apa pun yang kamu perbuat” [Al-Quran 29:45]
Menurut sebuah Hadis yang dirawikan oleh
al-Imam Ahmad bahwa seseorang sahabat Nabi pernah mengadukan kepada beliau
bahwa ada seorang laki-laki, dia sembahyang pada malam hari, tetapi setelah
hari pagi dia pergi mencuri. Lalu Nabi berkata bahwa bila orang itu telah
betul-betul sembahyang, maka sembahyangnya itulah kelak yang akan mencegahnya
dari mencuri.
Pengalaman penafsir; Dalam perlawatan ke
Amerika sekitar tahun 1952 jadi tetamu terhormat dari Pemerintah Amerika. Dalam
mengelilingi negeri itu, sampailah penulis ke negeri Denver dengan keretapi
pada sekitar pukul 9 malam. Kami langsung bermalam pada sebuah hotel. Setelah
istirahat sehabis
sembahyang, dengan senyum simpul penuh hormat pelayan hotel
itu mengetuk pintu dan menawarkan kalau-kalau penulis suka ditemani tidur oleh
seorang perempuan muda.
Usia penulis ketika itu baru 44 tahun. Anak
dan isteri jauh dari mata. Murid-murid dan orang-orang yang mengasihi atau
simpati tidak ada yang tahu, sedang daya tarik sex sebagai seorang laki-laki
sihat tentu tergetar karena tawaran itu, apatah lagi perjalanan ke Amerika
ketika itu sudah hampir dua bulan lamanya.
Tetapi apa yang terbayang di waktu itu?
Saya baru habis sembahyang jama’ qashar di
antara Maghrib dengan Isya’ dan bersiap hendak tidur berlepas lelah; bekas
wudhu’ masih ada di wajahku! Yang teringat di waktu senyum simpul tersungging
di bibir pemuda pelayan hotel itu ialah…sembahyang! Kalau aku telah tidur pada
malam ini dengan perempuan lain, meskipun isteriku tidak melihat dan tidak
tahu, bagaimana besok pagi saya akan sembahyang Subuh? Padahal dalam doa
iftitah saya menyebut:
“Sesungguhnya sembahyangku dan sekalian
ibadatku, bahkan hidupku dan matiku, semuanya adalah untuk Allah, Rabbul
‘Alamin. Tidak ada sekutu bagiNya dan inilah yang diperintahkan kepadaku dan
aku adalah salah seorang yang telah menyerahkan diri kepada Tuhan.”
Bagaimana aku mesti mengucapkan bacaan itu
pagi-pagi? Tentu aku akan malu mengucapkannya. Tentu pagi-pagi itu aku pun akan
malu mengerjakan sembahyang. Dan tentu kesilapanku semalam itu akan menyebabkan
aku akan terus-menerus silap; akan malu meneruskan sembahyang karena telah
berdosa!
“No, thank you.” Ujarku kepada pelayan itu
dan aku tutuplah pintu kamarku. Dan aku pun tidur.
Setelah aku bangun pagi sembahyang Subuh,
aku rasakan bahwa sembahyangku sepagi itu adalah lebih khusyu’ dari biasa, hal
yang jarang aku rasakan pada sembahyang yang lain.
Sumber: Tafsir Al-Azhar, Juz 21
No comments:
Post a Comment