Oleh: Prof Dr Hamka
Sejarah berjalan terus.
Undang-undang Tuhan berlaku terus buat ummat manusia.
Di saat kini kaum Bani Israil itu telah dapat mendirikan kembali kerajaannya di tengah-tengah Tanah Arab, di Palestina yang telah dipunyai oleh
orang Arab Islam sejak 1400 tahun, dan beratus-ratus tahun sebelum itu telah dikuasai negeri itu oleh orang Romawi dan Yunani.
Sudah lebih dari 2000 tahun tidak lagi orang Yahudi mempunyai negeri itu. Tetapi dengan uang dan pengaruh, mereka menguasai pendapat dunia untuk tidak mengakui negeri Islam itu. Tujuh Negara Arab, hanya satu yang tidak resmi negara Islam, yaitu negara Lebanon. Ketujuh negara Islam itu kalah berperang dengan mereka (1948), dan langsung juga negeri Israel berdiri.
Maka setelah ditanyai orang kepada Presiden Negeri Mesir, (ketika itu Republik Arab Persatuan) Jamal Abdel Nasser, apa sebab tujuh Negara Arab dapat kalah oleh satu negara Israel, Nasser menjawab. “ kami kalah ialah karena kami pecah jadi tujuh, sedang mereka hanya satu.”
Pada tahun 1948, peperangan hebat di antara orang Islam Arab dengan Yahudi itu, yang menyebabkan kekalahan Arab, negara-negara Arab baru tujuh buah. Kemudian, tengah buku Tafsir Al-Azhar ini masih dalam cetakan yang pertama (Juni 1967), negara arab tidak lagi tujuh, melainkan telah menjadi tiga belas.
Waktu itu sekali lagi Israel mengadakan serbuan besar-besaran. Sehingga dalam enam hari saja lumpuhlah kekuatan Arab Islam, hancur segenap kekuatannya.
Beratus buah pesawat terbang kepunyaan Republik Arab Mesir dihancurkan sebelum sempat naik ke udara.
Belum pernah negeri-negeri Arab khususnya dan ummat Islam umumnya menderita kekalahan sebesar ini, walaupun dibandingkan dengan masuknya tentera kaum salib dari Eropa, sampai dapat mendirikan Kerajaan Palestina Keristen selama 92 tahun, sepuluh abad yang lalu.
Maka dikaji oranglah apa sebab sampai demikian?
Setengah orang mengatakan kerana persenjataan Israel lebih lengkap, dan lebih moden. Setengah orang mengatakan bahwa bantuan dari negara-negara Barat terlalu besar kepada Israel, sedang Republik Arab Mesir sangat mengharap bantuan Rusia. Tetapi di saat datangnya penyerangan besar Israel itu, tidak datang bantuan Rusia itu.
Setengahnya mengatakan bahwa Amerika dan Rusia menasihati Republik Arab Mesir agar jangan menyerang lebih dahulu; kalau sudah diserang baru membalas. Tetapi Israellah yang memang menyerang lebih dahulu, sedang pihak Arab telah taat kepada anjuran Rusia dan Amerika itu.
Di saat kini kaum Bani Israil itu telah dapat mendirikan kembali kerajaannya di tengah-tengah Tanah Arab, di Palestina yang telah dipunyai oleh
orang Arab Islam sejak 1400 tahun, dan beratus-ratus tahun sebelum itu telah dikuasai negeri itu oleh orang Romawi dan Yunani.
Sudah lebih dari 2000 tahun tidak lagi orang Yahudi mempunyai negeri itu. Tetapi dengan uang dan pengaruh, mereka menguasai pendapat dunia untuk tidak mengakui negeri Islam itu. Tujuh Negara Arab, hanya satu yang tidak resmi negara Islam, yaitu negara Lebanon. Ketujuh negara Islam itu kalah berperang dengan mereka (1948), dan langsung juga negeri Israel berdiri.
Maka setelah ditanyai orang kepada Presiden Negeri Mesir, (ketika itu Republik Arab Persatuan) Jamal Abdel Nasser, apa sebab tujuh Negara Arab dapat kalah oleh satu negara Israel, Nasser menjawab. “ kami kalah ialah karena kami pecah jadi tujuh, sedang mereka hanya satu.”
Pada tahun 1948, peperangan hebat di antara orang Islam Arab dengan Yahudi itu, yang menyebabkan kekalahan Arab, negara-negara Arab baru tujuh buah. Kemudian, tengah buku Tafsir Al-Azhar ini masih dalam cetakan yang pertama (Juni 1967), negara arab tidak lagi tujuh, melainkan telah menjadi tiga belas.
Waktu itu sekali lagi Israel mengadakan serbuan besar-besaran. Sehingga dalam enam hari saja lumpuhlah kekuatan Arab Islam, hancur segenap kekuatannya.
Beratus buah pesawat terbang kepunyaan Republik Arab Mesir dihancurkan sebelum sempat naik ke udara.
Belum pernah negeri-negeri Arab khususnya dan ummat Islam umumnya menderita kekalahan sebesar ini, walaupun dibandingkan dengan masuknya tentera kaum salib dari Eropa, sampai dapat mendirikan Kerajaan Palestina Keristen selama 92 tahun, sepuluh abad yang lalu.
Maka dikaji oranglah apa sebab sampai demikian?
Setengah orang mengatakan kerana persenjataan Israel lebih lengkap, dan lebih moden. Setengah orang mengatakan bahwa bantuan dari negara-negara Barat terlalu besar kepada Israel, sedang Republik Arab Mesir sangat mengharap bantuan Rusia. Tetapi di saat datangnya penyerangan besar Israel itu, tidak datang bantuan Rusia itu.
Setengahnya mengatakan bahwa Amerika dan Rusia menasihati Republik Arab Mesir agar jangan menyerang lebih dahulu; kalau sudah diserang baru membalas. Tetapi Israellah yang memang menyerang lebih dahulu, sedang pihak Arab telah taat kepada anjuran Rusia dan Amerika itu.
Tetapi segala analisa
itu tidaklah kena mengena akan jadi sebab musabab kekalahan. Kalau dikatakan
persenjataan Israel lebih lengkap, senjata Republik arab Mesir tidak kurang
lengkapnya.
Kalau bukan lengkap persenjataan Mesir, tentu Presiden Jamal Abdel Nasser dan terompet-terompetnya di radio tidak akan berani mengatakan bahwa kalau mereka telah menyerang Israel pagi-pagi, sore harinya mereka sudah bisa menduduki Tel Aviv.
Kalau bukan lengkap persenjataan Mesir, tentu Presiden Jamal Abdel Nasser dan terompet-terompetnya di radio tidak akan berani mengatakan bahwa kalau mereka telah menyerang Israel pagi-pagi, sore harinya mereka sudah bisa menduduki Tel Aviv.
Kalau dikatakan bahwa orang Yahudi Israel itu lebih cerdas dan pintar, maka sejarah dunia sejak zaman Romawi sampai zaman Arab menunjukkan bahwa bangsa yang lebih cerdas kerapkali dapat dikalahkan oleh yang masih belum cerdas.
Bangsa Jerman yang waktu itu masih biadap, telah dapat mengalahkan Romawi. Bangsa Arab yang dikatakan belum cerdas waktu itu, telah dapat menaklukkan kerajaan Romawi dan Persia.
Sebab yang utama bukan itu. Yang terang ialah karena orang Arab khususnya dan Islam umumnya telah lama meninggalkan senjata batin yang jadi sumber dari kekuatannya. Orang-orang Arab yang berperang menangkis serangan Israel atau ingin merebut Palestina sebelum tahun 1967 itu, tidak lagi menyebut-nyebut Islam.
Islam telah mereka tukar dengan Nasionalisme Jahiliyah, atau Sosialisme ilmiah ala Marx. Bagaimana akan menang orang Arab yang sumber kekuatannya ialah imannya, lalu meninggalkan iman itu, malahan barangsiapa yang masih mempertahankan ideologi Islam, dituduh Reaksioner
Nama Nabi Muhammad
sebagai pemimpin dan pembangun dari bangsa Arab telah lama ditinggalkan, lalu
ditonjolkan nama Karl Marx, seorang Yahudi. Jadi untuk melawan Yahudi mereka
buangkan pemimpin mereka sendiri, dan mereka kemukakan pemimpin Yahudi.
Dalam
pada itu, kesatuan akidah kaum Muslimin telah dikucar-kacirkan oleh
ideologi-ideologi lain, terutama mementingkan bangsa sendiri.
Sehingga dengan tidak
bertimbang rasa, di Indonesia sendiri, di saat orang Arab bersedih kerana
kekalahan, Negara Republik Indonesia yang penduduknya 90% pemeluk Islam,
tidaklah mengirimkan utusan pemerintah buat mengobat hati negara-negara itu,
melainkan mengundang Kaiser Haile Selassie, seorang Kaisar Keristen yang
berjuang dengan gigihnya menghapuskan Islam dari Negaranya.
Ahli-ahli fikir Islam
moden telah sampai kepada kesimpulan bahwasanya Palestina dan Tanah Suci
Baitul-Maqdis, tidaklah akan dapat diambil kembali rampasan Yahudi (Zionis)
itu, sebelum orang Arab khususnya dan orang-orang Islam seluruh dunia umumnya,
mengembalikan pangkalan fikirannya kepada Islam.
Sebab, baik Yahudi dengan
Zionisnya, atau negara-negara Kapitalis dengan Cristianismenya, yang membantu
dengan moril dan materiel berdirinya Negara Israel itu, keduanya bergabung jadi
satu melanjutkan Perang Salib moden, bukan untuk menentang Arab karena dia
Arab, melainkan menantang Arab karena dia Islam.
Sumber: Tafsir Al-Azhar Juz 1
No comments:
Post a Comment